Selasa, 31 Maret 2009

Kemana Arah Politik Al-Zaytun

Sebenarnya mau dibawa ke arah mana umat al-zaytun yang katanya penerus NII ini?
Apa cuma buat cari keuntungan, sebagai sarana mencari uang?

Mungkin Syaykh Panji Gumilang sekarang dalam kebimbangan.
Kalau bisa ambil dua kenapa ambil satu......



Anis....anis....anak mama...belum bisa apa-apa aja
udah nafsu jadi caleg.



Namanya juga main catur, pasti pion yang maju duluan.



Kamis, 19 Februari 2009



Kamis, 12 Februari 2009

Acara Resmi NII Al-Zaytun


Photo ini adalah Salah satu acara resmi NII di Al-Zaytun, liahat aja itu korden pasti sama dengan korden-korden di gedung-gedung Al-Zaytun.

Minggu, 08 Februari 2009

Penyumbang Al-Zaytun

Dalam membangun Al-Zaytun ternyata ada juga bantuan dari orang lain termasuk keluarga cendana, jadi bohong besar kalau al-zaytun tidak mengandalkan bantuan dari luar.
Foto ini bukti kalau keluarga Soeharto menyumbang di Al-Zaytun.



Kalau Anda mau lihat rekaman videonya silahkan di download disini

Minggu, 01 Februari 2009

LINTAS SEJARAH DUNIA ISLAM

Peranan Al-Qur’an Al-Kariim sejak zaman Kholifatullah Rasul Muhammad, Khulafa Al-Rasyidiin dan Mamalik Al-Islam di seantero jagad raya, hingga sampai kepada era kehidupan mutakhir dipenghujung abad XX, sungguh sangat menentukan bagi setiap langkah pengguna dan penghayatnya.

Pandangan yang khos,”darinya muncul pancaran ilmu yang mencakup semua lini kehidupan , inklusif bagaimana hidup berbangsa dan bernegara”, darinya pula manusia mengambil saripati sejarah perjalanan Islam antar bangsa”.

Islam mengenal etika. Etika perlu dikaji , kajian etika tepatnya menjadikan moral agama sebagai acuan. Ini berarti pula mengajak kita mengungkit persoalan moral dan budi, yang banyak diangkat oleh kehadiran suatu agama. Maka suguhan yang tepat adalah keberadaan islam itu sendiri. Agama yang akhir-akhir ini banyak diperhitungkan orang. Karena dengan tegar Kitab sucinya membimbing pemakainya bagaimana ber-politik siasah, bagaimana mengatur pemerintahan hukuumah, administrasi negara tartiibulidaaroh/ tadabbur, hal kenegaraan daulah, dan kekuasaan sulthoniyyah.

Lebih dari itu, relevansinya sungguh tidak diragukan laa Roiba Fiihi . Tanpa mengenal batas,ruang,pun juga waktu . Hingga sampai pada satu kesimpulan bahwa fase perjalanan sejarah Adam, Kholifah pertama sampai kepada Nuh As, Abul basyar al-tsanii, dan disudahi oleh Rasul Muhammad kholifatullah, hingga Aly Amiirul mu’miniin. Yang pada masanya menjadikan sistem pemerintahan berbentuk Imamah.
Itu semua mutlak Sunnatullah.

Lantas, karenanya timbul pertanyaan Bagaimana predikat perjalanan Ummat Islam Bangsa Indonesia ?

Sejak terjadinya kevaciiman sebuah Negara Islam di dunia, medio abad XX, dan eksisnya sekulerisme dunia. Pada rentang waktu tidak terlalu lama, tepatnya 07-Agustus-1949 M, alhamdulillah Allah Yang Agung telah “melahirkan” seorang “Adam” abad XX – Bapak pertama Ummat Islam Se-antero jagad raya. Imam Sekarmaji Marijan Kartosuwirjo.

Dengan militansi islam yang tinggi Ummat Islam Bangsa Indonesia telah dihantarkan pada terwujudnya cita-cita proklamasi, dan telah pernah mengangkat kehormatannya serta melahirkan Mujahid ulung berakhlak tinggi lagi terpuji. Penentang kedzaliman dan kebatilan, menantang dan melawan kedurjanaan dan kepalsuan.

Jika ditelusuri langkah-langkah jihad nya, tampak satu perbedaan tajam siapa Pahlawan dan siapa pula Pengkhianat !. Bertitik tolak dari pemahaman sejarah antagonistis Ummat Islam Bangsa Indonesia memahami sepakterjangnya , sungguh ironis.

Proklamasi telah membedakan dengan tajam antara pahlawan dan pengkhianat, antara haq dan bathil. Namun mengapa sejarah mencatat suatu peristiwa dan mengagung-agungkan seorang tokoh lalu seakan “membunuh” tokoh lain ?, benar juga kiranya “sejarah” itu tidak adil.

Dewasa ini, militansi itu berangsur pudar. Selama bertahun-tahun kaum Muslimin dicekam rasa ketakutan oleh sejumlah propaganda anti islam. Tuduhan daarul islam, ekstrim kanan, subversib, dan belakangan OTB dan GPK dan masih banyak lagi, telah mampu membalikkan image-kebencian sebahagian rakyat banyak. Bahkan islamisme justru dipandang lebih berbahaya daripada komunisme dan sekularisme. Impact yang menjamur dikalangan masyarakat pada umumnya.

Rupanya, permusuhan dan kebencian separatis golongan tidak mampu menghapuskan kebenaran begitu saja. Lambat laun Ummat melupakannya dan seakan sirna dari ingatan generasi muda muslim. Ironisnya justru gerakan perjuangan islam banyak terjadi hampir diseluruh dunia.

“Teringat akan mutiara kata yang berbunyi جرب ولاحـــــظ تــكـن عــارفــا . Kalimat yang mudah disebut, dihafal, namun ternyatra tak banyak orang mengerti ma’na physikologis dibaliknya. Hingga dapat menyebabkan perjuangan Mujahidin terdahulu “tersapu” sesaat dari benak kaum Muslimin pada umumnya.Setidaknya ada beberapa faktor :
Pertama, Ketidaktahuan mereka terhadap keberadaan suatu sistem, metode yang dianut untuk tujuan perjuangan. Dengan kata lain dapat dijelaskan, sejarah kemajuan suatu bangsa memiliki metode kerja yang diproduk para ahlinya dan tujuan yang harus dicapai untuk kemajuan. Selari itu terjadi alihgenerasi yang bermata rantai. Generasi pelanjut yang meneruskan , tidak menghancurkan sistem yang ada . Mampu memperbaiki dan menambah bangunan yang telah didirikan generasi sebelumnya secara dinamis, dengan selalu berpegang kepada konstitusi yang ada.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, sudahkah alihgenerasi itu dilaksanakan ? bila alihgenerasi itu terjadi ?.

Kedua, Diciptakannya satu kondisi dimana komunikasi menjadi tertutup bagi eksistensi NII dan Mujahidinnya. Lewat jalur media cetak, maupun elektronik, kecuali beberapa gelintir buku dan majalah saja. Namun yang lebih penting dari itu adalah tidak adanya kebebasan Pers akibat sistem yang dibuatnya. Padahal banyak kalangan mengenal bahwa Orde Baru sangat mrngedepankan “demokrasi”, meski itu hanya sebatas demokrasi pancasila.

Melihat dan merasakan kenyataan yang dihadapi oleh masyarakat NII—yang atasnya juga ada hak dan berhak atas perlakuan Hak-hak Asasi Manusia--, Tidakkah apa yang telah diperbuatnya itu tidak lebih dari praktek “pelecehan kata demokrasi”, yang begitu dijunjung tinggi oleh semua Manusia manapun yang beretika, bermoral,dan berbudi.
Itulah Jargon omong-kosongnya politikus dan praktisi negara Orde baru yang memang didadak memegang tampuk kekuasaan, hingga status Quo dapat dipertahankan.

Memandang betapa pentingnya “islam” Djaya Sakti, pemimpin negara pengikut setia tokoh modernis HOS Coroaminoto itu, mengambil dan mengembangkan serpihan islam menjadi suatu bentuk islamisme –Islam sebagai Idiologi—suatu negara. Berbekal strategi politik hijrahnya mampu menggalang persatuan dan kesatuan jama’ahnya, meyakini kebenaran perjuangannya, membelanya dengan gigih dan konsekuen . Terbukti, dalam manifesto politiknya ia mengatakan : “kita harus memandang islam sebagai peraturan hidup, stelsel masyarakat, pemerintahan, negara dan dunia. Dengan sendi yang pasti, kuat dan sentausa, luas dan mendalam, suci dan terpelihara, tidak dapat diperkuda dan dipermainkan oleh siapapun juga. Kami tidak ingin ingkar daripadanya”.

Ketika orang merasa lemah menghadapi tekanan rezim penjajah dan cenderung ingin berkooperatif, semata-mata agar terhindar dari resiko perjuangan dan demi tujuan-tujuan pragmatis, Djaya Sakti - nama lainnya- justru semakin tegar, konsekuen dan istiqomah. Ia selalu mencari jalan untuk menang dan melawan musuh. Tetap tenang dan meyakinkan pengikut-pengikutnya “ Dengan Islam kita laksanakan hukum, untuk islam kita berjuang, diatas dasar-deasar islam kita bekerja sama dan menurut ketentuan islam kita mengarungi kehidupan dunia fana, sebelum menuju kehidupan akhirat yang abadi”.
Senantiasa menekankan pengikutnya untuk menjadi orang yang benar dan tidak menentang kebenaran.Mengukur Manusia dengan ukuran Islam, menilai musuh atau kawan sesuai dengan sikapnya terhadap islam.

Selama tiga belas tahun mempertahankan eksistensi NII ( sejak proklamasi NII 07-Agustus-1949 M sampai Beliau ditangkap 04-Juni-1962 M ) hingga dalam waktu relatif singkat pengaruhnya telah menyebar kedaerah-daerah penting di Indonesia: Jawa-Barat, Aceh, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa-Tengah.

Kendatipun demikian estafeta kepemimpinan tetap berlanjut, berkesinambungan tanpa mengenal putus dan terhindar dari kevaciiman. Sejak Imam pertama NII tertangkap, kepemimpinan dipegang oleh Buya Sulawesi, Kahar Muzakkar panglima divisi IV Hasanuddin, lalu Buya Aceh, Daud Beureuh Panglima divisi V . Hingga pada tahun 1979 M , Jabatan Imam diserahkan kepada “ Mama “Adah Djaelani.

Masa kepemimpinan Mama selama kurun waktu 19 tahun, banyak dihabiskan “ dibalik terali besi “ penguasa arrogan Orde Baru , “Rezim Soeharto”. Memang demikianlah resiko kehidupan seorang mujahid, namun bukan mustahil ujian semacam inipun dapat menimpa sebahagian mujahid “generasi pelanjut” yang sudah dapat dipastikan memiliki sikap mental tahan lasak, berani berkorban mempertaruhkan jiwa, raga dan nyawa ‘ilaa an likalimatillah, mempertahankan tegak berdirinya Negara Karunia Allah di “ Republik” yang sama-sama kita cintai ini.

Komitmen Mama dalam mengemban amanahnya, semata-mata mengharapkan mardlatillah, pada satu sempena sidang Pleno III Majlis Syuro, Ia mengatakan : “Menjabat Imam Negara Karunia Allah bukan tidak ada resiko, saya yakinkan kepada saudara Syamsul Alam dan saudara-saudara bahwa sekali kita mengharapkan mardlatillah selama itupula Allah akan mendampingi kita.

Tepat, 20-hb februari- 1998 M, melalui lembaga tinggi negara Majlis Syura NII , Imam Negara Islam Indonesia V diresmikan. Setelah sebelumnya 27-hb Oktober-1997 M di ratiffikasi seluruh Anggauta Majlis Syura pada sidangnya yang ke-2 menjadi Imam Negara Islam Indonesia terpilih. Beliau berkata : “Betapa indahnya sistem yang Allah sediakan untuk kita, hingga perlantikan pimpinan negara dapat terlaksana dengan mulus dan ikhlas”. Sebagai fakta sejarah gemilang perjalanan NKA di penghujung abad XX.

Alihgenerasi secara damai telah berlangsung terus sejak negara ini diproklamasikan. Kinipun alihgenerasi tersebut berlangsung pula dengan mulus dan tanpa hambatan.
Satu kejadian , yang terjadi karena jiwa besar dan keikhlasan pendahulunya, selain karena Udzur Alami yang menimpa, sehingga tidak memungkinkan lagi untuk tetap memimpin ummat. Lebih dari itu karena tanggungjawabnya terhadap masa depan ummat dan negara ini. Suksesi kekuasaan yang bukan dari orang per orang , melainkan dari generasi ke generasi ( generasi terdahulu ke generasi penerus ), hingga pada akhirnya asas islam dapat berkembang secara dinamik dan demokrasi. Karena memang NII mempunyai tatanan kenegaraan dan sistem yang kokoh.

Di tahun 1998 inilah, di saat-saat Soeharto menghadapi lengser keprabon, dimana dunia R.I. sedang dihantam badai taufan yang dahsyat, dihancur-luluhkan, diporak-porandakan semua sektor penting maupun yang tidak penting sekalipun: ekonomi, politik, alam dan lain-lain – yang sebetulnya NII masih berada di dalamnya –. Di saat itu pulalah NII tampil dengan berbagai kelengkapan instrumen negaranya : eksekutif, legislatif, sampai kepada yudikatiffnya. Tampil prima, menengadahkan wajah kesempurnaan suatu daulah.

Dus, otomatis wujud dan terbentuklah Imam, Dewan Fatwa, Mahkamah Agung, dan Majlis Syuro.
Satu ffenomena sejarah NII yang tak dapat dipungkiri, dapat dilihat bahwa inilah sesungguhnya yang dikehendaki Kanun Asasi. Fenomena yang dapat mendorong generasi NII masa kini ke generasi mendatrang, dimana Ia belum berusia Satu Abad, akan tampil memenuhi lembaran kehidupan diabad berikutnya.

Jika saja, bukan karena kebersamnaan yang wujud, yang telah terjalin baik antara pimpinan dan ummat pada umumnya selama ini. Betapapun gagahnya Imam NKA, betapapun kuatnya Ia, setinggi apapun kadar intelektualitasnya. Sungguh tak punya arti dan tak punya ma’na, bahkan lagi tidak mempunyai kekuatan apapun dan menjadi sia-sia saja.

Bagi kita, kebersamaan adalah syarat mutlak berjalannya roda pemerintahan suatu daulah.Sebagai satu perma’luman yang sudah sangat lazim diketahui, bahwa perjalanan NII, sejak Periode I hingga Periode V adalah perjalanan yang tak kunjung putus, saling kuat menguatkan untuk maju kedepan. Sebab kebersamaan yang terweujud, karena محمد رســل اللــه والذيــن معـه أشــداء عـلى الـكـفـار رحمـاء ببينـهم ……… betul-betul terpatri dan menjadi bagian karakter Mujahid-mujahidnya. Inilah betapa pentingnya kebersamaan.

Selasa, 13 Januari 2009

Pak Panji Belajar Hukum

law firm alitanjung & partner














Sabtu, 01 November 2008

KELUARGA ALUMNI MA'HAD AL-ZAYTUN


Dari namanya kamimaz adalah keluarga alumni ma'had al-zaytun, para anggotanya adalah semua orang yang pernah beraktivitas di Ma'had Al-Zaytun. Bagi eksponen, guru, p3t, karyawan, para santri yang pernah tinggal atau aktifitas di Ma'had Al-Zaytun dan sekarang tidak lagi tinggal di sana karena alasan-alasan tertentu silahkan bergabung di blog ini. Anda boleh menceritakan suka-duka selama di Ma'had Al-Zaytun dan jangan takut memberi saran-saran atau kritikan untuk Ma'had Al-Zaytun